Rabu, 15 Oktober 2014

Diagram Veda

DIAGRAM VEDA

                Weda merupakan susastra suci yang sangat luas dan dalam isinya, karena berdasarkan kata Veda memiliki arti "Pengetahuan" jadi Veda adalah pengetahuan yang suci. Veda juga memiliki cabang-cabang yang luas. Ibaratnya pohon beringin yang besar dan rindang. Veda seperti pohon beringin yang besar dan lebat yang mampu melindungi manusia berlindung dibawahnya.
               Untuk itu saya sedikit memposting tentang cabang-cabang Veda yang begitu banyak. Dibuat sedikit sederhana dan warna-warni, tentu saja jauh dari sempurna. Diagram ini merupakan hasil karya dari anak didik yang sekolah di SMU Negeri 3 Medan yaitu Ni Luh Venasa Virginia Saraswati.(angkatan tahun 2013-2014)



Rabu, 30 Juli 2014

Ayo Kita Sembahyang





AYO KITA SEMBAHYANG

Pada umumnya, sebelum melakukan persembahyangan didahului dengan penyucian badan dan sarana persembahyangan. Urutanya sebagai berikut :
1.      Duduk dengan tenang, ambil sikap yang nyaman ( Padmasana, Siddhasana, Sukhasana atau Bajrasana) ucapkan mantra ini :

“ Om prasada sthiti sarira siwa suci nirmala ya namah swaha”

Artinya: Ya Tuhan, dalam wujud Hyang Siwa hambaMU telah duduk tenang, suci dan tiada noda.

2.      Jika tersedia air bersihkan tangan dengan air, kalau tidak ada ambil bunga dan gosokkan pada kedua tangan. Kemudian telapak tangan kanan ditengadahkan diatas tangan kiri dan ucapkan mantra :

“Om suddha mam svaha”

Artinya : Ya Tuhan, bersihkanlah tangan(tangan kanan) hamba

Lalu, posisi tangan dibalik, kini tangan kiri ditengadahkan diatas dengan kanan dan ucapakan mantra:

“ Om ati suddha mam svaha “

Artinya : Ya Tuhan, lebih dibersihkan lagi tangan hamba (tangan kiri)

3.      Bersihkan mulut ( berkumur )dengan air bersih biasa sambil ucapkan mantra:

“ Om Ang waktra parisuddha mam swaha “ atau “ Om waktra suddha ya namah”

Artinya : Ya Tuhan, sucikanlah mulut hamba

4.      Ambilah dupa yang sudah dinyalakan dengan sikap tangan(Mudra) Amusti, yakni tangan dicakupkan, kedua ibu jari menjepit pangkal dupa yang ditekan oleh telunjuk tangan kanan, dan ucapkan mantra :

“Om Ang dupadipastra ya namah swaha”
Artinya: Ya Tuhan, Sucikan dan semoga menjadi saksi sembah bhakti hambaMu ini.

5.      Membersihkan atau menyucikan bunga yang akan dipakai sarana sembahyang,dengan mengucapkan mantra :

“Om Puspa danta ya namah “

Artinya : Ya Tuhan, Sucikanlah bunga hamba ini.

6.      Setelah itu lakukanlah puja Trisandhya. Jika sembahyang hanya sendiri dan belum hapal mantra puja Trisandhya yang sebanyak enam bait. Ucapkanlah mantra yang pertama (Matram Gayatri ) saja sebanyak minimal 3 kali. Mantram dibawah ini memakai ejaan sebenarnya. “V” dibaca “W”. Permulaan  mantram Om diucapkan tiga kali.


Om bhur bhvah svah
Tat savitur varenyam
Bhargo devasya dhimahi
Dhiyo yo nah pracodayat

Om Narayana evedam sarvam
yad bhutam yac ca bhavyam
niskalanko niranjano nirvikalpo
nirakhyatah suddo deva eko
narayano na dvitiyo’sti kascit

Om tvam sivah tvam mahadevah
Isvarah paramesvarah
Brahma visnusca rudrasca
Purusah parikirtitah

Om papo’ham papakarmaham
Papatma papasambhavah
Trahim mam pundarikaksa
Sabahyabhyantarah sucih

Om ksamasva mam mahadeva
Sarvaprani hitankara
Mam moca sarva papebyah
Palayasva sada siva



Om ksantavyah kayiko dosah
Ksantavyo vaciko mama
Ksantavyo manaso dosah
Tat pramadat ksamasva mam

Om santih santih santih Om

Terjemahannya

Om Sang Hyang Widhi, hamba menyembah kecermelangan dan kemahamuliaan Sang Hyang Widhi yang Menguasai bumi, langit dan sorga semoga Sang Hyang Widhi menganugrahkan kecerdasan dan semangat pada pikiran hamba.

Om Sang Hyang Widhi sebagai Narayana penguasa segala mahluk yang telah ada dan apa yang aka nada, bebas dari noda, bebas dari kotoran. Sang Hyang Widhi yang bersifat gaib tidak terikat oleh perubahan, tidak terungkapkan. Sucilah Sang Hyang Narayana, Ia yang tak terpikirkan.

Om Sang Hyang Widhi yang disebut Siwa, Mahadewa, Iswara, Parameswara, Brahma, Wisnu, Rudra dan Purusa.

Om Sang Hyang Widhi, hamba ini papa, perbuatan hambapun papa, kelahiran hamba papa, lindungilah hamba Hyang Widhi, sucikalah jiwa dan raga hamba.

Om Sang Hyang Widhi, ampunilah hamba, Sang Hyang Widhi yang maha agung anugrahkan kesejahtraan kepada semua mahluk.
Bebaskanlah hamba dari segala dosa dan lindungilah hamba Sang Hyang Widhi.

Om Sang Hyang Widhi, ampunilah dosa yang dilakukan badan hamba, ampunilah dosa yang keluar dari kata-kata hamba, ampunilah dosa pikiran hamba, ampunilah dari kelalaian hamba.

Om Sang Hyang Widhi, anugrahilah hamba kedamaian dihati, kedamaian di dunia, kedamaian selamanya.





Demikianlah mantra Tri Sandhya dan terjemahan, sangat baik umat mengertai makna mantra-mantra dalam Tri Sandhya yang diucapkan sehingga dengan adanya pemahaman terhadap makna dan arti puja Tri Sandhya sehingga menanmbah kekhusukan dan kemantapan kita dalam melakukan Tri Sandhya.

Setelah selesai melakukan Puja Tri Sandhya dilanjutkan dengan Kramaning Sembah (Panca Sembah ). Adapun urutan dari Kramaning Sembah yaitu :

1.      Sembah puyung (Dengan tangan kosong). Cakupkan tangan letakkan di dahi atau di ubun-ubun sambil ucapkan Mantra :

Sarana : Tanpa sarana

“Om atma tattvatma suddha mam svaha”
Artinya : Om Hyang Widhi,  Sucikanlah diri hamba

2.      Menyembah Sang Hyang Widhi sebagai Sang Hyang Raditya. Cakupkan tangan letakkan di dahi atau ubun-ubun. Dengan mantra :

Sarana : Bunga Putih

“Om Adityasya param jyoti
Rakta teja namostute
Sveta pangkaja madyastha
Baskaraya namo stute”

Artinya : Om Hyang widhi sinar Hyang Surya yang maha hebat, engkau bersinar merah, hamba memujaMu, Engkau yang berstana di tengah-tengah teratai putih, hormat kepada-Mu pencipta sinar berkilauan.

3.      Sembah bhakti kepada Ida Sang Hyang Widhi sebagai Ista Dewata. Cakupkan tangan letakkan di dahi atau ubun-ubun. Dengan mantra :

Sarana : Bunga warna-warni atau Kwangen.

“ Om Nama deva adhisthanaya
Sarva vyapi vai sivaya
Padmasana ekapratisthaya
Ardhanaresvaryai namo namah”

Artinya : Om Sang Hyang Widhi, yang berstana ditempat yang paling luhur, kepada Hyang Widhi yang berada dimana-mana, kepada Dewa yang bersemayam pada tempat duduk dari bunga teratai, kepada Ardhanareswari, hamba memuja Mu.

4.      Menyembah kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa untuk memohon Anugrah. Dengan Mantra :

Sarana : Bunga warna-warni atau Kwangen

Om Anugraha manohara
Deva dattanugrahaka
Arcanam sarva pujanam
Namah sarvanugrahaka

Om Deva devi mahasiddhi
Yadnanga nirmalatmaka
Laksmi siddhisca diirghayuh
Nirvighna sukha vrddisca”

Artinya : Om Hyang widhi, engkau yang menarik hati pemberi anugrah, anugrah pemberian Dewata, pujaan segala pujaan, hamba memujaMu sebagai pemberi segala anugrah. Hyang Widhi sebagai dewa dewi yang Mahasiddhi terujud dari yadnya suci, kebahagiaan, kesempurnaan, panjang umur, bebas dari rintangan, kegembiraan dan kemajuan jasmani juga rohani.

5.      Sembahyang terakhir yaitu sembah puyung seperti sembah yang pertama. Dengan mantra :

Sarana : Tanpa Sarana

Om Deva suksma paramacintya ya namah svaha”

Artinya : Om Hyang Widhi, yang tak terpikirkan dan maha gaip.

Kemudian dilanjutkan mohon tirtha dan bija,  dan mengakhiri sembahnyang, memohon tirtha dab bija. Diakhiri dengan Paramasanti. Dengan Mantra :

“ Om Santih, Santih, Santih Om”

Demikianlah Mantra-mantra dalam melaksanakan sembahyang Puja Tri Sandhya dan Keramaning Sembah.

BERSEMBAHYANG SUPAYA SEHAT



BERSEBAHYANG SUPAYA SEHAT

Bersembahyang  bisa untuk memelihara kesehatan. Selain pikiran menjadi jernih, sikap-sikap bersembahyang membuat otot dan pernapasan jadi bagus.
Persembahyangan dilakukan dengan beberapa sikap yang disebut asana.  Ada beberapa bentuk asana. Ada yang dilakukan dengan duduk, ada dengan berdiri, misalnya didepan kelas atau ruangan rapat/ pertemuan ketika melangsungkan Puja Tri Sandhya.
Sikap duduk ada beberapa bentuk misalnya : Padmasana. Yaitu sikap sembahyang dengan duduk seperti teratai. Cara ini dilakukan dengan menempatkan kaki kanan diatas paha kiri dan kaki kiri diatas paha kanan, tulang punggung sampai kepala menjadi satu garis tegak, tubuh dirilekskan.
Dalam keadaan pikirn tenang barulah sembahyang dilakukan. Kalau sikap ini secara tekun dilakukan tiap-tiap hari, maka persembahyangan akan membawa manfaat kesehatan jasmani dan rohani yang didapatkan dari sikap Padmasana ini. Yaitu menjaga tulang punggung agar kuat dan tegak, sehingga canalis controlis yaitu saluran kecil ditengah sumsum tidak terhalang naiknya dari Muladhara Cakra ke Sahassara Cakra(Ubun-ubun/Siwadwara).
Sikap Padmasana juga menjaga keseimbangan jasmani dan rohani,  sehingga jasmani dan rohani dapat dikendalikan. Juga membantu menyembuhkan penyakit rematik di kaki, paha dan punggung. Dan memperlancar peredaran darah ke seluruh tubuh. Sikap Padmasana ini disamping baik untuk sembahyang sehari-hari, maupun sembahyang di tempat-tempat pemujaan, juga sangat baik digunakan untuk melakukan meditasi, khusus Japa dan Dhyana. Sikap Padmasana ini disebut pula Komalasana.
Disamping sikap Padmasana juga ada sikap sembahyang yang disebut Siddhasana, Sukhasana, Vajrasana (Bajrasana). Sikap Siddhasana adalah sikap duduk biasa,kaki kiri dibawah paha dan betis kanan. Dan kaki kanan diantara paha betis kiri. Siddhasana berasal dari kata “Siddha” artinya Sempurna. Siddhasana adalah sikap duduk untuk mencapai kesempurnaan. Sukhasana adalah sikap sembahyang dengan duduk biasa, dimana kaki berada didepan kaki kiri. Sikap Sukhasana inilah yang pada umumnya dapat dilakukan umat kebanyakan, karena sikap inilah paling, mudah dilakukan bertahan lama. Sukhasana berasal dari kata Sukha artinya menyenangkan, sehingga Sukhasana adalah sikap duduk yang menyenangkan. Siddhasana dan Sukhasana mempunyai faedah yang sama ditinjau dari kesehatan jasmani. Sikap Vajrasana/Bajrasana, dilakukan dengan duduk bersimpuh, paha luruskedepan, betis dibawah paha, kedua telapak kaki mengenai pantat, tulang punggung tegak lurus dengan kepala dan badan santai/rilek.
Sikap Bajrasana biasanya dilakukan oleh kaum wanita. Vajrasana berasal dari kata Vajra yang artinya Petir dan juga ketetapan hati. Sikap vajrasana berarti sikap duduk dengan ketetapan hati, untuk bersembahyang.
Secara kesehatan sikap Vajrasana ini kalau dilakukan dengan tekun setiap hari dapat menguatkan tulang punggung, pencernaan dalam perut dapat bekerja dengan sempurna, menguatkan otot kaki, paha, membantu menyembuhkan sakit dilutut, kaki jari, paha atas, menghilangkan kembung diperut karena kebanyakan angin dan mengaktifkan urat-urat yang halus.
Dalam melakukan persembahnyangan, setelah menentukan sikap sembahyang, baik yang duduk maupun berdiri, terus dilanjutkan dengan melakukan Pranayama yaitu pengaturan napas. Mengatur napas dengan menarik napas, menahan napas dan menghembuskan/mengeluarkan napas, dengan perbandingan 1 : 4 : 2. Ini minimal dilakukan dalam tiga putaran. Dari segi arti, Prana aadalah tenaga hidup, sedangkan Yama artinya mengedalikan. Menarik, menahan dan mengeluarkan napas dalam Pranayama ini dilakukan melalui hidung. Manfaat secara kesehatan yang didapat melalui Pranayama ini sangat banyak, diantara lain: menambah zat asam pada paru-paru, menenangkan pikiran untuk dipusatkan pada objek sembahyang, mengurangi lemat dalam tubuh, memberikan tenaga baru pada seluruh tubuh agar organ-organ tubuh dapat berfungsi sesuai dengan fungsinya masing-masing. Membersihkan urat-urat halus, memperlancar pernapasan, membantu penyembuhan sesak napas, TBC, membangkitkan kekuatan diri pribadi, membersihkan diri secara total dan membantu proses penyembuhan berbagai penyakit dengan jalan mengalirkan “Prana” kebagian-bagian yang sakit.
Demikianlah manfaat sikap asana dan pranayama dalam sembahyang. Manfaat kesehatan ini baru dapat dirasakan apabila dilakukan dengan penuh ketekunan dan berkesinambungan.
Drs, Ketut Wiana, Doa Sehari-hari Menurut Hindu, 1994