Rabu, 15 Februari 2012

Tentang Pendidikan

Pertama-tama sembah sujud saya aturkan kepada Maha Bijak J Krishnamurti dan mohon ijin untuk membagikan pemikiranya tentang pendidikan. Semoga terberkati...

TENTANG PENDIDIKAN

1.TENTANG PENDIDIKAN
Anda tahu, anda hidup didalam salah satu lembah paling indah yang pernah saya lihat. Lembah ini punya suasana yang istimewa. Pernahkah anda rnemperhatikan, terutama diwaktu malarn dan pagi-pagi sekali, suasana keheningan yang meresapi, menembusi lembab ini? Saya yakin disekitar sini terdapat bukit-bukit yang paling tua didunia dan manusia rnasih belum merusaknya; sedang kan kernanapun anda pergi, kekota-kota atau kelain-lain tempat, manusia menghancurkan alam, menebangi pohon-pohon untuk mendirikan lebih banyak rumah, mengotori udara dengan mobil mobil dan industri. Manusia menghancurkan binatang; sekarang ini hanya ada sedikit sekali harimau yang tinggal. Manusia rnenghancurkan segala sesuatu karena makin lama rnakin banyak orang lahir dan mereka harus punya lebih banyak ruang. Berangsur-angsur, manusia menyebarkan kehancuran di seluruh dunia. Dan bilamana orang tiba disebuah lembah seperti ini — dimana hanya ada sedikit orang, di mana alam belurn dirusak, dimana masih terdapat keheningan, ketenangan, keindahan — orang akan sungguh-sungguh kagum. Setiap kali orang datang kernari orang merasakan keanehan tanah ini, tapi        mungkin anda sudah terbiasa olehnya. Anda tidak memandang kebukit-bukit itu lagi,  anda tidak mendengarkan burung-burung itu lagi dan angin berbisik diantara dedaunan.  Dengan demikian anda berangsur-angsur menjadi tak acuh.

Pendidikan bukan hanya belajar dari buku-buku, menghafalkan beberapa fakta, melainkan juga belajar bagaimana rnelihat, bagaimana mendengarkan apa yang dikatakan oleh buku-buku, apakah mereka mengatakan sesuatu yang benar atau palsu. Semua itu adalah bagian dari pendidikan. Pendidikan bukan hanya untuk lulus ujian, memperoleh gelar dan pekerjaan, kawin dan menetap, melainkan juga untuk marnpu mendengarkan burung-burung, mernandang langit, melihat keindahan pohon yang luar biasa, dan bentuk dari bukit-bukit, dan rnerasakan bersama mereka, secara langsung sungguh-sungguh bersentuhan dengan. mereka. Makin anda bertarnbah tua, suasana mendengarkan dan rnelihat ini sayang sekali lenyap karena anda punya kecemasan-kecemasan, anda ingin lebih banyak uang, mobil yang lebih harus, lebih banyak atau lebih sedikit anak. Anda menjadi cemburu, ambisius, serakah, iri hati; dengan demikian anda kehilangan rasa keindahan dari bumi ini. Anda tahu apa yang sedang terjadi didunia. Anda tentu mempelajari peristiwa-peristiwa yang rnuktahir. Terdapat peperangan, pemberontakan, bangsa bertentangan dengan bangsa Di negeri inipun terdapat perpecahan, pemisahan, makin banyak orang lahir, kemiskinan, keburukan, dan orang yang tak punya perasaan samasekali. Orang tak peduli apa yang menimpa orang lain selama dirinya sendiri betul-betul aman. Dan anda sedang dididik supaya bisa cocok dengan semua ini.

Tahukah anda bahwa dunia ini sudah gila, bahwa semua ini adalah kegilaan — perkelahian, pertengkaran, penindasan, saling cakar-mencakar ini? Dan anda tumbuh untuk supaya bisa cocok dengan semua ini. Apakah ini benar, apakah ini tujuan pendidikan, bahwa anda rnau atau tidak mau harus mengambil tempat dalam struktur gila yang disebut masyarakat ini ? Dan tahukah anda apa yang sedang terjadi dengan agama-agama diseluruh dunia? juga disini manusia sedang berantakan, tak seorangpun percaya lagi akan sesuatu. Manusia tak rnempunyai keyakinan, dan agarna hanyalah hasil dari propaganda yang luas.
 Karena anda masih muda, segar, polos, dapatkah anda memandang semua keindahan bumi ini, memiliki sifat kasih-sayang? Dan dapatkah anda mempertahankanya? Sebab, kalau tidak, bilamana anda tumbuh menjadi dewasa, anda akan menyesuaikan diri, oleh karena cara hidup yang termudah. Bilamana anda tumbuh menjadi dewasa, beberapa orang dari anda akan berontak, tetapi pernberontakan itupun tak akan menjawab persoalannya Sebagian dari anda akan mencoba lari dari masyarakat, tetapi pelarian itu tak ada artinya. Anda harus merubah masyarakat, tetapi bukan dengan membunuhi orang. Masyarakat adalah anda dan saya. Anda dan saya menciptakan masyarakat dimana kita hidup ini. Maka andalah yang harus berubah. Janganlah anda sampai merasa cocok dengan masyarakat yang mengerikan ini. Jadi apakah yang akan anda lakukan?

Dan anda, yang tinggal dilembah yang luar biasa ini, apakah anda kelak akan terlempar kedalam dunia yang penuh perjuangan, kekacauan, perang, kebencian? Apakah anda akan menyesuaikan diri, mengambil tempat, menerima semua nilai-nilai lama? Anda tahu apa nilai-nilai itu — uang, kedudukan, prestise, kekuasaan. Itulah semua yang diingini manusia, dan rnasyarakat ingin agar anda cocok dalam pola nilai-nilai itu. Tetapi jika anda sekarang mulai berpikir, mengamati, belajar, bukan dari buku-buku, melainkan belajar sendiri dengan mengamati, mendengarkan segala sesuatu yang terjadi disekitar anda, anda akan tumbuh menjadi manusia yang berbeda — seorang yang memperhatikan, yang menyayangi, yang mencintai orang lain. Mungkin, jika anda hidup seperti itu, anda akan menemukan kehidupan religius yang sesungguhnya.

Oleh karena itu pandanglah alam ini, pohon asam itu, pohon-pohon mangga yang tengah berbunga, dan dengarlah burung-burung dipagi hari dan menjelang malam. Pandanglah langit yang jernih, bintang-bintang betapa mengagumkan matahari yang terbenam dibalik bukit-bukit itu. Perhatikanlah semua warna warni itu, cahaya pada dedaunan, keindahan tanah ini, bumi yang kaya.. Nah, setelah melihat semua itu dan juga melihat bagaimana dunia ini, dengan segala kekejaman, kekerasan, keburukannya, apakah yang akan anda perbuat?


Tahukah anda apa artinya memperhatikan, menaruh perhatian? Jika anda menaruh perhatian, anda melihat segala sesuatu jauh lebih jelas. Anda mendengar nyanyian burung itu jauh lebih nyata. Anda mernbedakan berbagai suara. Jika anda memandang kepada sebatang pohon dengan perhatian yang mendalam, anda me lihat seluruh keindahan pohon itu Anda melihat daunnya, cabang-cabangnya, anda melihat angin bermain dengan dahan dan daun. Jika anda menaruh perhatian, anda melihat dengan luar biasa jelasnya. Pernahkah anda melakukannya? Perhatian adalah berbeda dengan konsentrasi. Jika anda berkonsentrasi, anda tidak melihat semuanya. Tetapi jika anda menaruh perhatian, anda melihat banyak hal. Sekarang, cobalah perhatikan. Pandanglah pohon itu dan lihatlah bayang-bayangannya, angin yang sepoi-sepoi diantara dedaunannya. Pandanglah bentuk pohon itu Lihatlah ukuran pohon itu dalam hubungan dengan pohon-pohon lainnya. Lihatlah sifat cahaya yang menernbus dedaunannya, cahaya yang jatuh pada cabang-cabang dan batangnya. Lihatlah keseluruhan pohon itu. Lihatlah secara itu, oleh karena saya akan membicarakan sesuatu yang harus anda perhatikan. Perhatian adalah sangat penting, dikelas, atau jika anda berada diluar, ketika anda makan, ketika anda berjalan. Perhatian adalah suatu hal yang luar biasa.

Saya akan bertanya kepada anda. Mengapa anda dididik? Mengertikah anda pertanyaan saya? Orang tua anda mengirim anda kesekolah. Anda mengikuti pelajaran dikelas, anda belajar matematika, anda belajar ilrnu bumi, anda belajar sejarah. Mengapa? Pernahkah anda bertanya mengapa anda ingin dididik, apakah makna dari pendidikan? Apa maknanya anda menempuh ujian dan memperoleh gelar? Apakah untuk kawin, memperoleh pekerjaan dan menetap dalam hidup seperti yang dilakukan oleh jutaan manusia? Itukah yang akan anda lakukan, itukah arti pendidikan? Mengertikah anda apa yang tengah saya bicarakan? Ini adalah masalah yang sungguh-sungguh sangat serius Seluruh dunia kini sedang mempermasalahkan dasar-dasar pendidikan. Kita melihat untuk apa saja pendidikan pernah digunakan. Manusia diseluruh dunia — baik di Russia atau di Tiongkok atau di Amerika atau di Eropa atau di negeri ini — dididik untuk menyesuaikan diri, untuk mengambil tempat dalam masyarakat dan dalam kebudayaan mereka, untuk mengambil tempat dalam arus kegiatan sosial dan ekonomi, untuk terhisap dalam arus yang maha besar yang telah mengalir ribuan tahun. Itukah pendidikan, ataukah pendidikan itu sesuatu yang samasekali lain? Dapatkah pendidikan menjaga agar batin manusia tidak tertarik kedalam arus yang maha besar ini dan dengan demikian dihancurkan; menjaga agar batin tak akan terhisap ke dalam arus itu; sehingga dengan batin yang demikian anda bisa menjadi manusia yang samasekali lain dengan sifat yang lain menghadapi hidup? Apakah anda akan dididik secara itu? Ataukah anda akan membiarkan orang tua anda, masyarakat, mendikte anda sehingga anda menjadi bagian dari arus masyarakat? Pendidikan yang sejati berarti bahwa batin manusia, batin anda, bukan saja rnampu untuk rnenjadi pandai dalam rnatematika, ilmu bumi dan sejarah, melainkan juga tak akan pernah, dalam keadaan apapun juga, tertarik ke dalam arus masyarakat. Oieh karena arus yang kita sebut kehidupan itu sangat korup, immoral, penuh kekerasan, serakah. Arus itu adalah kebudayaan kita. Maka, masalahnya ialah bagaimana melaksanakan pendidikan yang benar sehingga batin dapat menahan segala godaan, segala pengaruh, kebinatangan dari peradaban dan kebudayaan ini. Kita telah sarnpai pada satu titik dalam sejarah dimana kita harus menciptakan suatu kebudayaan yang baru, kehidupan yang samasekali lain, tidak berdasar pada konsumsi barang-barang dan industrialisasi, melainkan suatu kebudayaan yang berdasar pada sifat religius yang sejati. Nah, bagaimanakah kita menimbulkan melalui pendidikan yang benar, suatu batin yang samasekali lain, suatu batin yang tidak serakah, tidak dengki? Bagairnana kita menciptakan suatu batin yang tidak ambisius, yang luar biasa aktif dan efisien; yang memiliki penglihatan yang sejati terhadap apa yang benar dalam hidup sehari-hari, yang justru itulah agama.

Nah, marilah kita menyelidiki apa arti dan maksud sebenarnya dari pendidikan. Dapatkan batin anda, yang telah dibeban-pengaruhi oleh masyarakat, oleh kebudayaan dimana anda hidup, dirubah melalui pendidikan sehingga anda tak akan pernah dalam keadaan apapun juga memasuki arus masyarakat? Mungkinkah untuk mendidik anda secara lain? "Mendidik" dalarn arti kata yang sebenarnya; bukan menyampaikan dari guru kepada siswa beberapa keterangan mengenai maternatika atau sejarah atau melainkan justru di dalam penyampaian mata pelajaran-pelajaran ini melaksanakan perubahan dalarn batin anda. Yang berarti bahwa anda harus menjadi luar biasa kritis. Anda harus belajar untuk tidak pernah menerima apapun juga yang tidak anda lihat sendiri dengan jelas, tidak pernah mengulangi apa yang dikatakan orang lain.

Saya rasa anda harus menanyakan masalah-masalah ini kepada diri sendiri, bukan sekali-kali, melainkan setiap hari. Temukanlah. Dengarkanlah segala sesuatu, burung-burung itu, sapi yang melenguh itu. Pelajarilah segala sesuatu dalam dirimu sendiri, oleh karena jika anda belajar sendiri dari diri sendiri, maka anda tak akan menjadi manusia pengulang kata orang. Maka, kalau boleh saya anjurkan, dari sekarang anda harus menernukan bagaimana untuk hidup secara lain samasekali, dan itu akan sukar, oleh karena saya kuatir sebagian besar dari kita ingin mendapatkan suatu cara hidup yang mudah. Kita suka mengulangi dan mengikuti apa yang dikatakan orang lain, apa yang dikerjakan oleh karena itulah cara hidup yang paling mudah — menyesuaikan diri dengan pola yang lama atau pola yang baru. Kita harus menemukan apa artinya tidak pernah menyesuaikan diri dan apa artinya hidup tanpa rasa-takut. Ini adalah hidup anda sendiri, dan tak seorangpun akan mengajar anda, tiada buku, tiada guru apapun juga. Anda harus belajar dari diri anda sendiri, bukan dari buku-buku. Banyak sekali yang bisa dipelajari tentang diri sendiri. Hal itu tidak ada akhirnya, ia adalah sesuatu yang mengagumkan, dan jika anda belajar tentang diri sendiri dari diri sendiri, dari situ timbullah kebijaksanaan. Lalu anda bisa hidup secara luar biasa, bahagia, indah. Bukan? Nah, apakah anda akan bertanya?

Siswa: Dunia ini penuh dengan manusia yang berhati batu, manusia yang tak acuh, manusia yang kejam; dan bagaimanakah anda bisa merubah orang-orang seperti itu?
Krishnamurti: Dunia ini penuh dengan manusia berhati batu, manusia yang tak acuh, manusia yang kejam, dan bagaimanakah anda bisa merubah orang-orang seperti itu? Itukah? Mengapa anda pusing tentang merubah orang lain? Rubahlah dirimu sendiri. Kalau tidak, jika anda menjadi dewasa nanti, anda juga akan berhati batu. Anda juga akan menjadi tak acuh. Anda juga akan menjadi kejam. Generasi yang lampau akan lenyap, mereka pergi, dan anda datang, dan jika ternyata anda juga berhati batu, tak acuh, kejam, anda juga akan mem bangun masyarakat yang sama. Yang penting ialah anda yang berubah, anda tidak berhati batu, anda bukan tak acuh. Jika anda berkata semua ini adalah masalah generasi tua, pernahkah anda melihat mereka, pernahkah anda memperhatikan mereka, pernahkah anda bersimpati dengan mereka? Jika dernikian, anda akan berbuat sesuatu. Rubahlah dirirnu dan ujilah dengan tindakan. Tindakan yang demikian adalah sesuatu yang paling luar biasa Tetapi kita ingin merubah semua orang dan bukan diri kita sendiri, yang sesungguhnya berarti, kita tidak ingin berubah, kita ingin orang lain berubah, sehingga dengan begitu kita tetap berhati batu, tak acuh, kejam, mengharap lingkungan akan berubah sehingga kita bisa terus dengan cara kita sendiri. Mengertikah anda apa yang saya bicarakan?

Siswa: Anda minta kita berubah, kita berubah menjadi apa?
Krishnamurti: Anda minta kita berubah, kita berubah rnenjadi apa? Kita tidak bisa berubah menjadi seekor kera; mungkin anda ingin, tapi itu tidak bisa. Sekarang, jika anda berkata, "Aku ingin berubah menjadi sesuatu" — dengarkan baik-baik — jika anda berkata kepada diri sendiri, "Aku harus berubah, aku harus merubah diriku menjadi sesuatu", "menjadi sesuatu" itu adalah suatu pola yang anda ciptakan, bukan? Apakah anda melihatnya? Lihat, anda keras atau serakah dan anda ingin merubah diri anda rnenjadi orang yang tidak serakah. Ingin tidak serakah adalah suatu bentuk keserakahan juga, bukan? Anda lihatkah itu? Tapi jika anda berkata "Aku serakah, aku ingin menemukan apa artinya itu, mengapa aku serakah, apa yang terkandung didalamya" maka apabila anda memahami keserakahan itu, anda akan bebas dari keserakahan. Mengertikah anda apa yang saya bicarakan?

Mari saya jelaskan. Aku serakah, dan aku berusaha, berjuang, mengerahkan daya-upaya luar biasa untuk tidak serakah. Aku telah mempunyai sebuah ide, gambaran, bayangan tentang apa artinya tidak serakah. Maka aku menyesuaikan diri dengan ide yang kuanggap sebagai ketidak-serakahan. Mengertikah anda? Sedangkan jika saya melihat kepada keserakahanku, jika aku memahami mengapa aku serakah, seluk-beluk keserakahanku, struktur keserakahanku, maka, apabila aku mulai memahami semua itu, aku bebas dari keserakahan. Oleh karena itu, bebas dari keserakahan adalah sama sekali berlainan dengan mencoba untuk tidak serakah. Anda lihatkah perbedaannya? Bebas dari keserakahan adalah samasekali berlainan dengan berkata, "Aku harus jadi orang besar, oleh karena itu aku tidak boleh serakah". Mengertikah anda?
Kemarin saya merenung, bahwa saya telah datang kelembah ini, bolak-balik, selama kira-kira empat puluh tahun. Orang-orang datang dan pergi. Pohon-pohon mati dan pohon-pohon baru tumbuh. Anak-anak yang berlainan datang, menyelesaikan sekolahnya, menjadi insinyur, ibu rurnah tangga, dan lenyap samasekali ditelan massa. Kadang-kadang saya bertemu dengan mereka, dilapangan terbang atau di salah satu pertemuan, orang-orang yang biasa samasekali. Dan jika anda tidak berhati-hati sekali, anda juga akan berakhir seperti itu?

Siswa: Apa maksud anda dengan biasa?
Krishnamurti: Menjadi seperti kebanyakan orang lain, dengan kecemasan mereka, dengan korupsi, kekerasan, kebrutalan, ketakacuhan, hati batu mereka Menginginkan pekerjaan, ingin mempertahankan pekerjaan, tak peduli anda cakap atau tidak, ingin mati dalam pekerjaan itu. Itulah yang dinamakan biasa — tidak memiliki sesuatu yang baru, sesuatu yang segar, tiada kegembiraan hidup, tak pernah ingin tahu tekun, bergairah, tak pernah menyelidiki tapi rnenyesuaikan diri belaka. Itulah yang saya maksud dengan biasa. Hal itu di sebut borjuis. Cara hidup yang seperti mesin, sebuah rutin, kebosanan.

Siswa: Bagaimana supaya kita tidak menjadi biasa?
Krishnamurti: Bagaimana supaya anda tidak menjadi biasa? Jangan menjadi biasa. Anda tak bisa melenyapkannya. Pokoknya jangan menjadi biasa.
.

Siswa: Bagaimana caranya, pak?
Krishnamurti: Tidak ada caranya. Anda lihat, ini adalah salah satu pertanyaan yang paling merusak: "Tunjukkan bagaimana caranya". Manusia selalu berkata, di seluruh dunia, "Tunjukkan bagaimana caranya". Jika anda melihat seekor ular, seekor kobra berbisa, anda tidak berkata, "tolong katakan bagairnana caranya lari dari ular itu". Anda langsung lari. Secara itu Pula, jika anda melihat bahwa anda adalah biasa, larilah, tinggalkan, bukan besok, tapi seketika itu juga. Kalau anda tidak ingin mengajukan pertanyaan lagi, saya akan mengusulkan sesuatu. Anda tahu, orang sering bicara tentang meditasi, bukan?
Siswa: Ya.
Krishnamurti: Anda tak tahu apa-apa tentang itu. Saya senang sekali. Karena anda tidak tahu apa-apa tentang itu, anda bisa mempelajarinya. Seperti kalau orang tidak mengerti bahasa Perancis, Latin atau Itali. Karena anda tidak tahu, anda bisa belajar, anda bisa belajar se-olah-olah untuk pertama kalinya. Mereka yang sudah tahu apa meditasi itu, harus meniadakan pengetahuannya itu dan kemudian belajar. Anda melihat bedanya? Karena anda tidak tahu apa meditasi itu, marilah kita mempelajarinya. Untuk mempelajari meditasi, anda harus melihat bagaimana batin anda bekerja. Anda harus mengamati, seperti anda mengamati seekor cicak berlalu merayapi dinding. Anda melihat keempat kakinya, bagairnana ia melekat pada dinding itu, dan selagi anda mengamati, anda melihat semua gerakannya. Secara itu pula, amatilah pikiranmu. Jangan memperbaiki. Jangan rnenekan. Jangan berkata, "Semua ini terlalu sukar". Amatilah saja; sekarang, pagi ini.

Pertama duduklah diam samasekali. Duduklah yang enak bersila, samasekali diam, tutup matamu, dan jagalah agar matamu tidak bergerak. Mengertikah anda? Biji matamu cenderung untuk bergerak, jagalah supaya diam samasekali, sekedar untuk main-main. Lalu, selagi anda duduk tenang sekali, temukanlah apa yang sedang diperbuat oleh pikiranmu. Amatilah seperti anda mengamati cicak itu. Amati pikiran, caranya ia lari, suatu pikiran menyusul pikiran yang lain. Dengan begitu anda mulai belajar mengamati.

Adakah anda mengamati pikiran-pikiranmu — bagaimana pikiran yang satu mengejar pikiran yang lain, dan berkatalah pikiran, "Ini pikiran baik, ini pikiran buruk ?” Apabila anda pergi tidur di waktu malam, apabila anda sedang berjalan, amatilah pikiranmu. Amatilah saja pikiranmu, jangan memperbaikinya, dan anda mulai mempelajari permulaan meditasi. Sekarang duduklah diam sekali. Tutuplah matamu dan jagalah agar biji-matamu samasekali tak bergerak. Lalu amatilah pikiranmu sehingga anda belajar. Sekali anda mulai belajar, Belajar itu tidak ada akhirnya. *****

Kamis, 09 Februari 2012

Asal Usul Orang Batak

ASAL USUL ORANG BATAK


Jauh beratus tahun dahulu sekitar abad keenam orang-orang India Selatan dan India Tengah telah diusir keluar oleh penakluk berbangsa Aryan yang gagah perkasa. Mereka hijrah melintasi Gunung Himalaya ke Burma dan kemudian turun ke Semenanjung Tanah Melayu dan akhirnya setelah melintasi Selat Melaka mereka mendirikan kerajaan di sekitar Batang Pane, Daerah Labuhan Batu. Kerajaan mereka dinamakan Munda Holing yaitu Kerajaan Keling dari Munda.

Kerajaan ini berkembang dengan jayanya sehingga dapat meluaskan tanah jajahannya ke seluruh tepian pantai Selat Melaka hingga ke Singgora/ Patani. Mereka telah mendirikan sebuah candi yang sangat indah dan besar yang kini dinamakan Candi Portibi. Kerajaan ini juga dikenali sebagai Kerajaan Portibi.

  
       CANDI PORTIBI-PADANG LAWAS KAB. MANDELING MATAL-SUMATERA UTARA

Di abad kesembilan, kerajaan yang telah masyur ini mendapat perhatian Kerajaan India Selatan. Perluasan empayarnya telah membimbangkan Maharaja Rajenderasola dari India Selatan. Akhirnya Maharaja Rajenderasola telah menyerang Kerajaan Portibi pada awal abad kesembilan. 

Alkisah, mengikut ceritanya sewaktu Maharaja Rajenderasola menyerang Kerajaan Portibi itu Baginda telah ditentang oleh seorang putera Munda Holing bernama Raja Odap-Odap. Peperangan yang berlarutan itu memakan masa lebih kurang tujuh tahun sehinggalah Maharaja Rajenderasola beroleh kemenangan. Raja Odap-Odap yang tewas telah berkelana di Padang Lawas tanpa tentu arah tujuannya.

Hatta, kisah kerajaan Portibi pula semasa berlaku peperangan dengan Maharaja Rajenderasola, tunang kepada Raja Odap-Odap bernama Boru Deakparujar telah mendapat alamat supaya segera meninggalkan Kerajaan Portibi lantaran Dewata Raya sudah tidak lagi menyebelahi mereka. Lalu Puteri Deakparujar itu pun mengumpulkan pengikutnya serta menggenggam tanah Portibi dan berangkatlah menuju matahari naik. Mereka terpaksa mendaki sebuah gunung yang tinggi yang dinamakan oleh mereka Dolok Malea sempena nama Himalaya yang telah dilintasi oleh nenek moyang mereka di abad yang keenam. 

Akhirnya setelah menuruni Dolok Malea mereka telah sampai di satu kawasan yang pamah tetapi dikelilingi oleh bukit bukau. Mereka telah mendirikan penempatan yang baru untuk orang-orang Munda Holing tersebut. Penempatan tersebut dipanggil Pidoli yang kini terbahagi kepada Pidoli Dolok dan Pidoli Lombang. Puteri Deakparujar diangkat memerintah Kerajaan Mandala Holing iaitu kawasan orang-orang Keling. 

Kerajaan ini telah tegak dengan jayanya dan sekali lagi berkembang maju. Segala dagang senteri mula singgah dan berniaga di negeri tersebut hingga ianya termasyur ke mana mana.

Tersebut pula akan kisah tunangan Boru Deakparujar yang telah berkelana di Padang Lawas, akhirnya Raja Odap-Odap pun sampailah di Pidoli yang diperintah oleh Boru Deakparujar. Dalam keadaannya cumpang camping itu tidak seorang pun anak negeri yang kenal akan raja mereka tersebut. Lagipun tempoh perpisahan yang begitu lama selama tujuh belas tahun tentulah masing-masing sudah berubah. Raja Odap-Odap pun dibawa masuk mengadap Puteri Deakparujar untuk mendapatkan pekerjaan bagi menampung hidupnya. Adat dahulu kala apabila rakyat mengadap raja, ianya hendaklah merangkak kehadapan singgahsana lalu sujud di kaki raja tersebut. Keadaannya yang cumpang camping dengan pakaian kulit binatang yang masih belum dibuang ekornya itu mmberikan gambaran yang Raja Odap-Odap itu keadaannya seperti cicak yang merangkak. Maka itu hingga ke hari ini di setiap rumah adat orang-orang Batak akan kelihatan gambar cicak sebagai simbol pertemuan Raja Odap-Odap dengan tunangannya Boru Deakparujar di Pidoli.

Raja Odap-Odap diambil bekerja di kandang kuda Puteri Deakparujar kerana kecekapannya memelihara kuda. Pada suatu hari Puteri Deakparujar telah dihadiahkan seekor kuda jantan yang sangat garang hingga tiada sesiapapun yang dapat menjinakkannya sedangkan Puteri tersebut kepingin untuk menunggangnya.Setelah banyak gembala kuda mencuba untuk menjinakkannya tetapi semuanya gagal  juga. Maka pada suatu hari Raja Odap-Odap pun diminta oleh Tuan Puteri supaya menjinakkan kuda tersebut.

Bagitu Raja Odap-Odap menghampiri kuda tersebut ianya menundukkan kepalanya setelah diusap-usap kepalanya. Raja Odap-Odap pun menunggang kuda tersebut dengan baiknya. Semua yang hadir kehairanan dan tercengang-cengang.

Memandangkan Raja Odap-Odap telah berjaya menjinakkan kuda liar tersebut Puteri Deakparujar pun sangat gembira lalu dipersalinkannya Raja Odap-Odap dengan pakaian yang baik-baik setelah selesai disintuk, berlangir dan mandai. Begitu siap dipersalinkan maka dibawalah mengadap Tuan Puteri. Alangkah terkejutnya Tuan Puteri apabila melihat wajah Raja Odap-Odap yang mirip wajah tunangannya. Hampir sahaja Tuan Puteri pengsan jika tidak cepat disambut oleh dayang-dayangnya. 

Mengikut adat hamba tidak dibenarkan menatap wajah raja maka keadaan tersebut tidak diketahui oleh Raja Odap-Odap, hinggalah Tuan Puteri memintanya mengangkat mukanya menatap wajah Baginda. Kedua-duanya amat terperanjat dan terpinga-pinga kerana tidak disangka mereka akan bertemu dalam keadaan sedemikian rupa. Apabila kedua-duanya telah kenal antara satu sama lain lalu bertangisanlah mereka. Gemparlah seluruh istana di Pidoli menyatakan bahawa gembala kuda raja itu sebenarnya adalah putera Munda Holing yang hilang sekian lama.

Keaadaan sedih menjadi gembira, lalu kedua anak raja itu pun dikahwinkan dengan acara yang paling meriah selama empat puluh hari empat puluh malam. Kedua-duanya pun memeintahlah Kerajaan Mandala Holing di Pidoli tersebut. Namun begitu barang yang telah ditetapkan oleh Puteri Deakparujar tidak pernah dihalang oleh Raja Odap-Odap, begitulah hormatnya baginda akan tuan puteri yang merupakan tuan rumahnya.

 KOMPLEK CANDI DI PADANG LAWAS KAB. MANDELING MATAL-SUMATERA UTARA


ASAL BATAK

Keturunan keenam dari Boru Deakparujar dan Raja Odap-Odap, salah satu darinya bernama Datu Dandana Debata. Dia adalah seorang yang banyak saktinya dan menjadi Datu/Pawang di istana raja pada masa itu. Anaknya adalah keturunan ketujuh dari Boru Deakparujar bernama RAJA BATAK. Beliau juga seperti ayahnya sangat handal dan tinggi ilmu batinnya.

Oleh kerana masyarakat Mandala Holing berasal dari India yang mengamalkan sistem kasta maka itu keturunan raja adalah dilarang bercampur darahnya dengan darah hamba. Pantangan ini sangat keras pada masa itu.

Ditakdirkan oleh Dewata Raya, ketua bagi segala hatoban iaitu Datu Ompung Dolom yang duduk di Sopo Godang tetapi tidak boleh bersuara kecuali menerima kerja, mempunyai seorang puteri yang sangat jelita.

Walaupun telah ditegah tetapi Raja Batak tetap dengan pendiriannya untuk menggauli anak Datu Ompung Dolom tersebut, hinggakan mengandung. Apabila berita tersebut diketahui oleh Raja maka perintah menangkap Raja Batak pun dikeluarkan. Namaun begitu tidak ada seorang pun yang dapat menangkap Raja Batak yang sakti itu, malah ramailah panglima yang terkorban di dalam usaha mereka untuk menangkap Raja Batak tersebut.

Setelah habislah ikhtiar untuk menangkap Raja Batak maka Datu Dandana Debata pun dipanggil raja untuk mencuci arang di muka. Apabila raja bersungguh-sungguh meminta supaya Raja Batak dibuang maka sembah Datu Dandana Debata kepada Baginda:

"Ampun tuanku beribu-ribu ampun, sembah patik mohon diampun, akan Raja Batak itu tidak akan ada sesiapapun yang boleh membunuhnya. Telah patik turunkan segala ilmu dan muslihat peperangan kepadanya. Lagipun tidak boleh kita menitiskan darah raja di tano handur, tano malambut, tano lulambu jati, tano padang bakkil Mandailing, tano si ogung-ogung. Sian i ma dalan tu ginjang, partuatan ni omputa, Debata na tolu suhut, na tolu sulu, na opat harajaon, tu banua tonga on......"

Raja pun terdiam, lalu berjanji tidak akan membunuh Raja Batak atau menitiskan darahnya. Setelah menerima pengakuan bahawa anaknya tidak akan dibunuh atau dicederakan maka Datu Dandana Debata pun menyuruh orang membuat jala tiga warna iaitu warna putih, merah dan hitam yang menjadi warna adat dan keramat sehingga hari ini. Apabila jala tiga warna itu siap Datu Dandana Debata pun naik ke atas bumbung rumah anaknya lalu diminta orang memanggil Raja Batak keluar bermain senjata di halaman rumah. Begitu Raja Batak keluar ke halaman rumah ayahnya pun menebarkan jala tiga warna lalu terperangkaplah Raja Batak dan gugurlah segala kesaktiannya.

Sejak itulah maka semua Bagas Godang/ Istana Raja di Mandailing dilentik naik hujung atap rumahnya, agar tidak ada orang yang boleh menebarkan jala dari atas bumbungnya.

SUMPAHAN KE ATAS RAJA BATAK

Apabila Raja Batak dihadapkan di dalam sidang adat maka ia telah dihukum buang daerah bersama seluruh keturunan Datu Ompung Dolom. Pada hari tersebut lalu disebutlah:

"Hee....kamu Siraja Batak  nyah/ pergilah kamu dari Tanah Mandailing ini sebagai orang yang hina, orang yang tidak tahu adat, orang yang degil/bendal dan orang yang kasar serta rendah martabatnya.....Kamu diusir ke sebuah pulau yang terletak di atas gunung yang dikelilingi oleh air di tanah gersang yang tiada tumbuh-tumbuhan yang subur yang terpencil dari penglihatan manusia dan binatang....Barang ada keturunanmu hendaklah ia memulakan namanya dengan panggilan Si.....sebagai orang yang hina dari martabat yang rendah.....Tidak boleh di antara kamu memakai perhiasan dari logam kecuali daripada manik tandanya kamu dari keturunan orang yang terbuang....Tidak boleh kamu meninggalkan pulau tersebut selama tujuh keturunan kamu, jika ada yang kemudiannya mendirikan kampung di tanah besar nanti, hendaklah dikelilingi oleh rumpun bambu supaya jelas bahawa kamu adalah dari keturunan yang hina...."

Begitulah kira-kiranya sumpahan ke atas Siraja Batak dan keturunannya selama tujuh generasi. Mereka telah dipisahkan dari pandangan manusia dan binatang, selama tujuh keturunan kerana kesalahan menentang adat dan raja.

Oleh kerana Siraja Batak dibuang bersama seluruh anggota keluarga Datu Ompung Dolom yang merupakan ketua segala hamba maka itu kita dapati dari segi fizikal terdapat perbedaan yang sangat ketara antara Mandailing dan Batak.

Orang-orang Batak biasanya pendek-pendek, rambut kerinting dan kepalanya benjol ke belakang.

Orang Mandailing asli agak tinggi dan tegap, rambutnya ikal mayang, kulit putih kemerah-merahan atau putih kuning.

Walaupun asal usul orang Batak itu dari Tanah Mandailing tapi kedudukan mereka sebenarnya adalah keturunan Datu Ompung Dolom yang merupakan kasta rendah yang menjadi hamba di Mandala Holing iaitu Pidoli kecuali Siraja Batak itu sahajalah elemen Mandailing yang asli.

Oleh yang demikian jelaslah Mandailing itu bukanlah BATAK walaupun BATAK itu asalnya dari Tanah Mandailing.

Siraja Batak itu keturunan ketujuh kepada Boru Deakparujar lalu dibuang dan disumpah untuk tujuh keturunan maka itu orang Batak sentiasa berpegang kepada angka tujuh sebagai angka sakti dan keramat sedangkan orang Mandailing menganggap angka sembilan sebagai angka raja.

SEKITAR BATAK DAN MANDAILING

Banyak telah diperkatakan oleh berbagai orang mengenai Batak dan Mandailing. Umpamanya Batak Mandailing. Batak itu terbahagi kepada lima kumpulan iaitu Batak Toba, Batak Karo, Batak Simalungun, Batak Mandailing dan Batak Pakpak.

Andaian seperti ini telah mengelirukan ramai orang. Ada pula mengatakan bahawa Mandailing itu asalnya dari Toba turun ke Mandailing.

Logiknya semua tamadun tidak pernah wujud dari gunung lalu turun ke lembah. Biasanya tamadun itu bermula dari kuala sungai dan naik ke lembah lalu ke gunung. Kawasan lembah adalah sumber bagi segala kehidupan sama ada di darat, di sungai ataupun dilaut.

Perhubungan juga adalah melalui muara sungai ke laut. Mereka yang mendiami dataran tinggi atau gunung adalah terdiri daripada orang yang kalah perang ataupun orang yang diusir dari masyarakat adat yang bertamadun.

Di abad ketigabelas hikayak Jawa ada mencatitkan mengenai serangan tentera Majapahit ke atas Lamuri dan Mandailing tetapi nama Batak tidak tercatit samasekali. Jelaslah bahawa Mandailing itu sudah jauh bertapak dan diketahui pada masa itu.

Tonggo-tonggo Siboru Deakparujar masih dibacakan di dalam setiap upacara kecil atau besar orang-orang Batak. Di sana ia menyatakan bahawa jalan ke kayangan dan tempat temasya nenek moyang orang Batak adalah di Mandailing. Bukankah ertinya mereka mengakui bahawa asal usul mereka orang Batak datang dari Tanah Mandailing? Maka itu Mandailing itu lebih awal dan lebih dahulu ada sebelum adanya orang Batak. Bagaimana pula akhir ini Mandailing pula menjadi Batak?

Peranan orang Batak mulai tampil kehadapan apabila mereka memeluki agama Kristian di zaman penjajahan Belanda di Indonesia. Oleh kerana mereka beragama Kristian sedangkan orang Mandailing majoritinya beragama Islam maka orang-orang Batak telah diberikan tempat istimewa dalam pentadbiran kerajaan Belanda di Indonesia. Lama kelamaan mereka menguasai sebahagian besar teraju pentadbiran lalu menjadi terkenal. Atas dasar tersebutlah maka kedudukan orang Batak menjadi kukuh dan dominan lalu suku kaum Mandailing yang satu ketika merupakan bangsa yang tamadun dan tinggi martabatnya tenggelam begitu sahaja.

Pengaruh Islam yang kuat di kalangan orang Mandailing juga telah melenyapkan sebahagian besar identiti budaya dan tulisan orang Mandailing. Akhirnya semua itu tidak lagi merupakan warisan yang penting kepada orang Mandailing, sedangkan di Toba semuanya dipertahankan.

Salasilah atau torombo Raja-Raja Mandailing sama ada dari Marga Nasution atau Lubis tidak satu pun menunjukkan bahawa mereka berasal dari Toba atau Karo sebaliknya mereka adalah masing-masing berasal dari Minangkabau dan Bugis.

Penggunaan perkataan SIRAJA BATAK, apabila pangkalnya ditambah dengan perkataan 'SI' ianya menunjukkan kedudukan dan martabat orang yang rendah. Dalam istilah purbakala jika seseorang itu dari keturunan bangsawan ianya menggunakan panggilan pangkalnya 'SANG' umpamanya Sang Sapurba, Sang Adika, Sang Nila Utama dan sebagainya.

Binatang-binatang yang gagah juga dipanggil Sang Harimau, Sang Buaya, Sang Purba/ Gajah tetapi kepada binatang yang kecil dan lemah dipanggil Sikatak, Sicicak, Sikera dan sebagainya.

Begitu juga keadaannya dengan manusia yang lemah dan tidak mempunyai darjat lalu dipanggil Siluncai, Siawang, Sikodok, Sibuyung dan sebagainya.

Perbedaan ini jelas sekali apabila marga-marga di Tanah Batak menggunakan pangkal perkataannya dengan istilah 'SI' iaitu Sinambela, Simanjuntak, Sinaga, Siotang, Siregar dan sebagainya.

Marga-marga di Tanah Mandailing tidak satu pun menggunakan istilah pangkalnya dengan perkataan 'SI' contohnya Nasution, Lubis, Rangkuty, Batubara, Parinduri dan sebagainya.

Walaupun berbagai tafsiran dapat kita kemukakan, namun satu perkara yang tidak dapat dinafikan ialah kawasan Toba adalah tanah gersang. Tidak akan ada manusia primitif yang sengaja ingin ke sana untuk membuka penempatan. Manusia lazimnya mencari tanah yang subur untuk bercucuk tanam kerana itulah sumber kehidupan masyarakat dahulu kala.

Sifat dan sikap orang Batak adalah kasar, tidak teratur dan tidak dapat mengawal perasaannya. Ciri-ciri perwatakan mereka ini menunjukkan bahawa mereka memanglah terdiri dari manusia yang kurang sopan. Maka itu di Mandailing apabila anak mereka jahat atau bandel secara spontan mereka akan mengeluarkan istilah "Bataknya kau ini"

Istilah tersebut telah digunakan berkurun-kurun lamanya hinggakan masyarakat Mandailing telah lupa sejarah istilah tersebut merujuk kepada Siraja Batak yang derhaka kepada raja dan tidak mahu mengikut peraturan adat pada zaman dahulu kala.

Dari nama Siraja Batak itulah seluruh keturunannya dan juga keturunan Datu Ompung Dolom yang merupakan ketua segala hamba ataupun hatoban dipanggil "BATAK" iaitu orang-orang Batak.

Perlu ditegaskan bahawa perkataan "BATAK" bukanlah bermaksud ianya satu bangsa, tetapi sebaliknya ia adalah satu istilah yang digunakan oleh oang Mandailing untuk menunjukkan sikap seseorang yang tidak tahu adat dan peraturan, orang kasar dan tidak terkawal sikapnya. Ini juga menunjukkan tentang status dan kedudukan orang yang dimaksudkan itu rendah martabatnya. Namun pada masa sekarang, lantaran pengaruh Belanda di zaman penjajah begitu kuat maka istilah Batak/ orang Batak yang kebanyakannya Kristian telah diangkat mendiami Sumatera Utara iaitu di Tapanuli.

KEBANGKITAN BATAK

Di abad ke tigabelas tentera Majapahit telah menyerang Mandailing iaitu Kerajaan Mandala Holing yang berpusat di Pidoli. Dengan itu hancurlah kerajaan Mandala Holing dan pengaruh agama Hindu di Tapanuli Selatan.

Saki baki orang-orang Munda telah lari bertempiaran ke dalam hutan untuk menyelamatkan diri masing-masing. Mereka yang tertawan telah dibawa sebagai hamba abdi.

Di akhir abad ke tigabelas saki baki tentera Mandala Holing telah dapat berkumpul dan bergaul dengan masyarakat peribumi di sekitar Aek Batang Gadis lalu mereka telah mewujudkan marga Poeloengan yang kemudiannya berjaya mendirikan tiga bagas godang mereka di atas tiga puncak gunung. Namun begitu kerajaan tersebut hanya merupakan kerajaan kampung sahaja.

Orang-orang Batak yang terbuang di Pulau Simosir telah dapat membangunkan semula adat kepercayaan mereka yang bergaul antara kepercayaan Hindu dan aninisme serta penyembahan roh-roh nenek moyang mereka. Pusat mereka ialah di Busut Puhit.

Kedatangan misi Kristian ke Tanah Batak telah mengubah keadaan hidup masyarakat orang Batak yang tidak mempunyai kepercayaan teguh kepada mana-mana agama. Kebanyakan mereka telah memeluk agama Kristian.

Setelah mereka menganut agama Kristian pihak penjajah Belanda  membawa mereka ke alam pembelajaran, penulisan dan pembacaan. Oleh kerana pihak Belanda memerlukan tenaga kerja sebagai perantaraan penjajah dengan masyarakat peribumi maka orang-orang Batak yang telah diKristiankan ini menjadi pilihan utama untuk menjalankan dasar pecah dan perintah tersebut.

Orang Batak secara tidak langsung telah mendapat tempat di dalam setiap bidang pentadbiran Belanda. Kedudukan ekonomi dan status  sosial mereka mulai meningkat.

Orang-orang Mandailing yang telah memeluk agama Islam sewaktu gerakan tenteri paderi yang dipimpin oleh Imam Bonjol dan pengikutnya menjadi golongan fanatik agama. Mereka menentang apa sahaja pembaharuan yang dibawa oleh Belanda.

Memandangkan adat istiadat nenek moyang mereka banyak yang bertentangan dengan agama Islam maka orang-orang Mandailing telah membuang adat resam mereka yang telah diamalkan sejak dahulu. Lama kelamaan dari segi adat budaya, tulisan dan pertuturan orang Mandailing mulai kehilangan keutuhannya.

Berbeda dengan orang Batak walaupun mereka telah memeluk agama Kristian mereka tetap berpegang teguh kepada adat resam dan budaya mereka. Sehingga sekarang orang Batak masih dapat bertahan dan terus mempertahankan adat budaya dan tulisan mereka.

Kekuatan dan ketahanan adat resam, budaya hidup, kesenian, tulisan dan bahasa Batak ini telah ditonjolkan oleh mereka dari zaman ke zaman sehinggalah mereka bangkit sebagai satu suku bangsa yang kuat dan utuh.
Seperkara lagi orang-orang Batak telah berjaya menghidupkan kegemilangan warisan sejarah mereka dari semua sudut, sama ada sejarah anthropologi, arkiologi atau sejarah patriotismenya.Sisingamangaraja telah ditonjolkan sebagai salah seorang pahlawan kebangsaan dari keturunan Batak. Malangnya orang-orang Mandailing telah gagal berbuat sedemikian hingga kesan mereka ke atas masyarakat Indonesia langsung tidak mempunyai signifikan.

Satu lagi contoh yang nyata ialah Batak Toba mempunyai contoh rumah adat mereka yang lengkap dan teratur. Begitu juga dengan Batak Karo dan Batak Simalingun semuanya mempunyai rumah adat yang terpelihara keasliannya. Rumah orang Mandailing tidak mempunyai rumah adat yang boleh ditonjolkan sebagai senibina yang mempunyai ciri-ciri tersendiri.

Tulisan-tulisan Batak atau askara Batak masih lagi ditampilkan kepada umum bahkan dijadikan bahan antik dan unik kepada para pelancong. Dengan cara begini orang Batak telah mengekalkan ciri-ciri budaya mereka. Danau Toba pula telah meletakkan orang-orang Batak di peta dunia kerana pelancong dari seluruh pelusuk dunia terus menerus berjunjung ke sana. Malangnya sumber semula jadi di Tanah Mandailing tidak pernah digunakan bagi memperkukuhkan warisan budaya masyarakat Mandailing.

Ulos Batak pada masa kini menjadi buah tangan kepada pelancong yang melawat ke tempat-tempat mereka. Anehnya kain Tenunan Patani yang merupakan pakaian orang Mandailing itu sendiri sudah tidak ada. Jika ada pun ianya dalam simpanan orang-orang tua yang kini keadaannya terlalu usang dan reput. Rombongan kesenian ataupun kumpulan muzik orang-orang Batak kelihatan menjelajahi ke seluruh dunia sama ada di Asia Tenggara, Eropah ataupun Amerika. Suara mereka dan petikan gitar mereka telah memikat jutaan penonton dan pendengarnya. Mereka menjadi duta tidak rasmi dalam memperkenalkan suku kaum Batak ke seluruh dunia.

Buku-buku mengenai sejarah orang-orang Batak tidak putus-putus dicetak dalam berbagai-bagai bahasa dengan memperbesar-besarkan asal usul mereka. Ada yang mencatitkan bahawa suku Batak ini sudah wujud tiga ribu tahun yang lalu dan sebagainya. Sejarah asal usul orang Mandailing belum pernah dibukukan secara ilmiah dan tidak pernah diterjemahkan kepada bahasa-bahasa lain. Justeru itu siapakah yang akan tahu tentang orang Mandailing?

Kebangkitan orang Batak selepas penjajahan Belanda sangat ketara dan teratur. Misi Kristian telah menonjolkan kedudukan mereka di dalam masyarakat Indonesia dan mayarakat antarabangsa sehinggakan nama Mandailing tenggelam dan menjadi serpihan kepada suku kaum Batak. Hari ini mereka memperkenalkan orang Mandailing sebagai BATAK MANDAILING pada hal pada suatu ketika dahulu oang Mandailing adalah satu bangsa berasal dari Munda. 

Bukankah sebenarnya Batak itu asalnya dari Tanah Mandailing yang menjadi serpihan dibuang ke tanah gersang terpencil di pergunungan. Agak aneh nama mereka yang didahulukan dan nama Mandailing telah dtenggelamkan. 

Sekiranya kita melawat ke Simosir, kita dapati orang-orang Batak begitu bersungguh-sungguh cuba menghidupkan semula nilai budaya dan kesenian mereka. Jelas kelihatan rumah-rumah mereka dihiasi dengan 3 warna: putih, merah dan hitam sebagai  lambang warna adat yang keramat.

Warna-warna tersebut adalah mewakili tiga benua yang menjadi kepercayaan orang Batak. Banua Ginjang, Banua Tonga dan Banua Toru. Ketiga-tiga benua ini pula dijaga oleh tiga dewa yang dikenali sebagai Manggala Bulan menjaga Banua Ginjang yang dilambangkan dengan warna putih. Dewa Soripoda mengawal Banua Tonga yang dilambangkan dengan warna merah. Betara Guru yang mengawal Banua Toru dilambangkan pula dengan warna hitam.

Dari segi ilmu perdatuan pula ketiga-tiga warna tersebut melambangkan darah putih, darah merah dan darah hitam yang terdapat di dalam tubuh badan kita.

Warna-warna putih, merah dan hitam kini menjadi warna adat dan keramat kepada orang Batak. Mereka juga percaya bahawa dunia ini dicipta oleh Mulajadi Na Bolon sebagai Dewata Raya yang maha berkuasa.

Dari sudut alat muzik orang Mandailing menggunakan Gordang Sembilan di dalam setiap upacara adat mereka. Orang-orang Batak pula menggunakan gendang tujuh atau gendang lima yang bersaiz kecil sahaja.

Bagi orang Batak angka tujuh dianggap sebagai angka sakti atau keramat yang mempunyai kuasa mistik. Segala sumpahan atau perdatuan, mereka menggunakan angka tujuh.

Orang Mandailing pula menganggap bahawa angka sembilan itu sebagai angka raja, angka terbesar dan yang hidup terus menerus. Angka tiga pula dianggap sebagai angka adat berdasarkan Dalian Na Tolu iaitu Mora, Kahanggi dan Anak Boru.

Orang Batak juga berpegang kepada adat budaya Dalian Na Tolu sepertimana orang Mandailing cuma tafsiran mereka sahaja yang berlainan mengenai erti Dalian Na Tolu tersebut. Bagi orang Batak Dalian Na Tolu itu ertinya tiga batu tungku yang digunakan untuk menanak nasi yang mana ianya saling bergantung antara satu sama lain. Pada dasarnya konsep Dalian NaTolu sama sahaja. Mereka mengasakan kepada Huta-Huta, Dongon Sabutuha dan Anak Boru.

Sama ada Mandailing atau Batak asas budaya Dalian Na Tolu itu adalah berpegang kepada peranan Mertua, Anak saudara dan Menantu. Ketiga-tiga elemen ini memerlukan antara satu sama lain bagi mewujudkan kesepakatan dan pergantungan sesuatu keluarga. Mereka percaya bahawa asas kebahagian dan kejayaan sesuatu keluarga tersebut adalah bergantung kuat atas kerjasama ketiga-tiga pihak tersebut.

Keluarga memainkan peranan utama di dalam pola kehidupan masyarakat Tapanuli sama ada Mandailing ataupun Batak. Mereka sangat membanggakan keluarga dan hidup berkeluargaan. Dalam hal nikah kahwin pula, biasanya dilakukan di antara sepupu mereka.

PENUTUP

Kesimpulannya asal usul orang-orang Batak adalah dari Tanah Mandailing berketurunan hamba dari Munda Holing. Hanya Siraja Batak sahaja dari keturunan bangsawan. Selainnya adalah dari keturunan Datu Ompung Dolom, Ketua segala hatoban.

Walaupun suku Batak ini dari Mandailing tetapi mereka adalah dari kasta yang rendah. Bentuk tubuh badannya agak kecil dan kepalanya kelihatan bebenjol di belakang berbeda dengan orang Mandailing yang lebih tinggi dan tegap, rambutnya ikal tidak kerinting halus seperti orang Batak asli.

Sifat orang Batak adalah kasar, tidak terkawal perasaannya.Suara mereka agak kuat. Dalam perbualan atau percakapan biasa pun nampak seolah-olah mereka sedang bertengkar.

Pembawaan mereka agak liar dan sentiasa suka bertengkar dan bergaduh mahupun sesama sendiri. Sikap seperti ini sangat jelas kelihatan di mana-mana juga mereka berada. Kelakuannya sembrono dan jarang sekali menghormati hak-hak orang lain.

Seperkara lagi orang Batak agak pengotor dan kurang berkemas kecuali mereka yang telah merantau ataupun telah maju di dalam kehidupannya.

Apa yang jelas ialah sifat dan sikap orang Batak itu tidak ada pada orang Mandailing. Kemungkinan besar ianya tertanam sejak dari nenek moyang mereka Datu Ompung Dolom ataupun disebabkan keadaan hidup yang tidak mengizinkan mereka berkelakuan lebih baik.

Walau bagaimanapun keadaan kini sudah banyak berubah. Mungkin alam sekelilingnya mempengaruhi perubahan itu atau kemajuan masyarakat setempat telah membawa perubahan tersebut. Namun begitu pada dasarnya sifat semula jadi ini masih juga dapat dikesan pada sesuatu masa tertentu.

Keaadaan masyarakat selepas merdeka telah banyak membawa pembaharuan Kehidupan dahulukala yang dibelenggu oleh adat mulai terhakis. Kahwin campur juga telah membawa banyak perubahan hidup dan cara hidup selain dari perpindahan penduduk dari satu tempat ke satu tempat lain serta pengaruh alam sekeliling. Pergaulan bebas di kota telah membawa pengertian hidup yang lebih luas bagi semua suku bangsa. Selain itu pelajaran telah dan pendidikan memainkan peranan penting mengubah sikap sesuatu suku bangsa itu.

Pada masa ini agak sukar untuk membedakan keaslian keturunan seseorang itu akibat percampuran hidup yang bebas di dalam negara merdeka ini.


Dipetik dari makalah Lembaga Adat mandailing Malaysia (LAMA) bertajuk:
ASAL USUL BATAK - Satu Ringkasan Legenda Asal Usul Keturunan Orang-Orang Batak Yang Tertumpu Di Pulau Simosir, Danau Toba


Jumat, 03 Februari 2012

PURA PENATARAN AGUNG WIDYA LOKA NATA


PURA PENATARAN AGUNG WIDYA LOKA NATA
KAMP.BESILAM KAB. LANGKAT SUMATERA UTARA
DIDIRIKAN 16 NOVEMBER 1976





PADAMASANA PURA PENATARAN AGUNG WIDYA LOKA NATA


 
                                             

JALAN MASUK KE KAMPUNG BESILAM (BALI), LANGKAT- SUMATERA UTARA



                    
                              
RUMAH WARGA BALI YANG TINGGAL DI KAMP.  BESILAM