Sabtu, 28 Januari 2012

Pura Agung Raksa Bhuana Medan


PADMASANA PURA AGUNG RAKSA BHUANA 
MEDAN

I.                     SEJARAH UMAT HINDU (BALI ) DI KOTA MEDAN

Dari sesepuh umat Hindu (Bali) yang ada di Medan, bahwa pada tahun 1950 sudah ada warga Bali beragama Hindu yang tinggal di Medan yaitu Dr. I Made Bagiada yang bertugas sebagai Kepala Dinas Kesehatan Kota Medan. Sejarah berlanjut ketika pada tahun 1963 akibat Gunung Agung meletus sehingga menimbulkan bencana di Bali. Maka presiden Sukarno memindahkan sekitar 100 KK ke Sumatera Utara, mereka tinggal di kampung Melati, Kec. Perbaungan Kab. Deli Serdang. Kemudian  sekitar tahun 1974 sebagian masyarakat tersebut sebanyak 40 KK pindah ke kampung Besilam Kab. Langkat. Mata pencaharian mereka sebagai petani kelapa sawit dan karet.

Sekitar pada tahun 1973, berkisar 20 KK Umat Hindu etnis Bali sudah datang ke Medan untuk tugas kerja di berbagai bidang dan profesi baik itu di swasta maupun negeri. Karena sering bertemu kemudian di tahun 1976 muncul keinginan dari para warga untuk membuat suatu perkumpulan/peguyuban/suka duka, maka dengan diprakarsai oleh Bpk Letkol (AU) Gede Partana, S.H, Bpk Kapten (AU) Ida Bagus Suamba dan Kapten (AD) I Gusti Bagus Oka terbentuklah SUKA DUKA DIRGA YUSA dengan diketuai oleh Bpk Letkol (AU) Gede Partana, S.H.

Suka Duka Dirga Yusa  beranggotakan dari berbagai etnis yaitu Bali, Karo, Jawa dan Tionghoa. Sehingga adanya beragamannya suku didalam satu wadah suka duka. Kegiatan waktu itu diisi dengan berkumpulnya setiap minggu secara bergilir dari rumah ke rumah warga . Acara biasanya diisi dengan sembahyang bersama dan saling tukar berbagai informasi termasuk tentang ajaran Agama Hindu untuk meningkatkan sradha dan bhakti kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa.


II.                   PEMBANGUNAN PURA AGUNG RAKSA BHUANA

Seiring berjalannya waktu warga mulai membutuhkan tempat persembahyangan yang sama seperti di Bali yaitu Pura karena mayoritas warga suka duka berasal dari etnis Bali. Sehingga kebutuhan Pura sebagai tempat sembahyang sangat diperlukan sekali. Yang akan dipakai untuk melangsanaka puja dan Bhakti kepasa Ida Sang Hyang Widhi Wasa serta sebagai tempat untuk bersosialisasi dengan antar umat yang lain. Mulailah dirintis oleh pengurus suka duka dan para tokoh-tokoh yang lain.

Diawal tahun 1979, Bpk Gede Partana sebagai Ketua suka duka dan sekaligus sebagai Ketua PHDI Tk. I Sumatera Utara dan Bpk Kapten (AU) Ida Bagus Suamba Mengajukan permohonan tanah kepada AURI (PANGKODAU I) untuk sebagai lokasi pura. Atas asung kertha wara nugraha Ida Hyang Widhi akhirnya permohonan dikabulkan, mendapat izin tanah seluas 2000 M2 dengan status hak pakai di jalan Polonia Medan, yang dahulunya bekas kantor Kelurahan Polonia.

Pembangunan dimulai pada bulan Januari 1982, dengan semangat yang luar bisa para warga berkerja keras untuk mendirikan Pura yang menjadi impian bersama. Segera disusun perencanaan dan penggalangan dana. Pembangunan ini juga sudah mendapat persetujuan dari PHDI Pusat. Pembangunan Pura awalnya dibangun hanya Padmasana, Penglurah Agung dan tembok penyengkernya.(Beberapa tahap pembangunan masih tetap dilaksanakan sampai sekarang) Pembangunan ini dikerjakan oleh Bpk Made Patra dan Bpk Dewa Namastuti Sidemen. Akhirnya pada tanggal 17 Oktober 1982 upacara pemelaspas Pura yang dipuput oleh Ida Pedanda Gede Made Pidada Keniten dan diresmikan dengan nama PURA AGUNG RAKSA BHUANA. Sehingga hari tersebut ditetapkan juga menjadi hari Piodalan Pura tepatnya Umanis wuku Kuningan.

Satu hal yang paling berkesan dipembangunan Pura ini adalah dimana tidak hanya umat Hindu dari suku Bali saja yang terlibat tetapi umat dari suku Jawa, Karo dan juga dari suku Tamil(Hindia).


 PURA AGUNG RAKSA BHUANA~MEDAN



Tidak ada komentar:

Posting Komentar