PADMASANA PURA AGUNG RAKSA BHUANA
MEDAN
PURA AGUNG RAKSA BHUANA~MEDAN
I.
SEJARAH UMAT
HINDU (BALI ) DI KOTA MEDAN
Dari sesepuh umat Hindu (Bali) yang ada
di Medan, bahwa pada tahun 1950 sudah ada warga Bali beragama Hindu yang
tinggal di Medan yaitu Dr. I Made Bagiada yang bertugas sebagai Kepala Dinas
Kesehatan Kota Medan. Sejarah berlanjut ketika pada tahun 1963 akibat Gunung
Agung meletus sehingga menimbulkan bencana di Bali .
Maka presiden Sukarno memindahkan sekitar 100 KK ke Sumatera Utara, mereka
tinggal di kampung Melati, Kec. Perbaungan Kab. Deli Serdang. Kemudian sekitar tahun 1974 sebagian masyarakat
tersebut sebanyak 40 KK pindah ke kampung Besilam Kab. Langkat. Mata pencaharian
mereka sebagai petani kelapa sawit dan karet.
Sekitar pada tahun 1973, berkisar 20 KK
Umat Hindu etnis Bali sudah datang ke Medan untuk tugas kerja di berbagai
bidang dan profesi baik itu di swasta maupun negeri. Karena sering bertemu
kemudian di tahun 1976 muncul keinginan dari para warga untuk membuat suatu
perkumpulan/peguyuban/suka duka, maka dengan diprakarsai oleh Bpk Letkol (AU)
Gede Partana, S.H, Bpk Kapten (AU) Ida Bagus Suamba dan Kapten (AD) I Gusti Bagus
Oka terbentuklah SUKA DUKA DIRGA YUSA dengan diketuai oleh Bpk Letkol (AU) Gede
Partana, S.H.
Suka Duka Dirga Yusa beranggotakan dari berbagai etnis yaitu Bali , Karo, Jawa dan Tionghoa. Sehingga adanya
beragamannya suku didalam satu wadah suka duka. Kegiatan waktu itu diisi dengan
berkumpulnya setiap minggu secara bergilir dari rumah ke rumah warga . Acara
biasanya diisi dengan sembahyang bersama dan saling tukar berbagai informasi
termasuk tentang ajaran Agama Hindu untuk meningkatkan sradha dan bhakti kepada
Ida Sang Hyang Widhi Wasa.
II.
PEMBANGUNAN PURA
AGUNG RAKSA BHUANA
Seiring berjalannya waktu warga mulai
membutuhkan tempat persembahyangan yang sama seperti di Bali yaitu Pura karena
mayoritas warga suka duka berasal dari etnis Bali .
Sehingga kebutuhan Pura sebagai tempat sembahyang sangat diperlukan sekali.
Yang akan dipakai untuk melangsanaka puja dan Bhakti kepasa Ida Sang Hyang
Widhi Wasa serta sebagai tempat untuk bersosialisasi dengan antar umat yang
lain. Mulailah dirintis oleh pengurus suka duka dan para tokoh-tokoh yang lain.
Diawal tahun 1979, Bpk Gede Partana
sebagai Ketua suka duka dan sekaligus sebagai Ketua PHDI Tk. I Sumatera Utara
dan Bpk Kapten (AU) Ida Bagus Suamba Mengajukan permohonan tanah kepada AURI
(PANGKODAU I) untuk sebagai lokasi pura. Atas asung kertha wara nugraha Ida
Hyang Widhi akhirnya permohonan dikabulkan, mendapat izin tanah seluas 2000 M2 dengan status hak
pakai di jalan Polonia Medan, yang dahulunya bekas kantor Kelurahan Polonia.
Pembangunan dimulai pada bulan Januari
1982, dengan semangat yang luar bisa para warga berkerja keras untuk mendirikan
Pura yang menjadi impian bersama. Segera disusun perencanaan dan penggalangan
dana. Pembangunan ini juga sudah mendapat persetujuan dari PHDI Pusat.
Pembangunan Pura awalnya dibangun hanya Padmasana, Penglurah Agung dan tembok
penyengkernya.(Beberapa tahap pembangunan masih tetap dilaksanakan sampai
sekarang) Pembangunan ini dikerjakan oleh Bpk Made Patra dan Bpk Dewa Namastuti
Sidemen. Akhirnya pada tanggal 17 Oktober 1982 upacara pemelaspas Pura yang
dipuput oleh Ida Pedanda Gede Made Pidada Keniten dan diresmikan dengan nama
PURA AGUNG RAKSA BHUANA. Sehingga hari tersebut ditetapkan juga menjadi hari
Piodalan Pura tepatnya Umanis wuku Kuningan.
Satu hal yang paling berkesan
dipembangunan Pura ini adalah dimana tidak hanya umat Hindu dari suku Bali saja yang terlibat tetapi umat dari suku Jawa, Karo
dan juga dari suku Tamil(Hindia).